“Eh menurut kalian si Riki ganteng ga??”
Aku dan Ryry bingung dan saling berpandangan. Kemudian kami menggelengkan kepala.
“Bagus! Mulai sekarang kita CS-an okeee?? Wahahahaha.” Dia berkata seperti itu lalu pergi meninggalkan kami berdua yang kebingungan. Oiya. Orang yang tadi menepuk bahuku adalah kakak kelasku yang bernama Tiwi. Entah apa maksudnya dia bertanya seperti itu. Tapi sudahlah dia memang kakak kelas yang “aneh”.
Keesokan harinya, saat hendak melaksanakan apel pagi aku, Ryry dan dua orang temanku yang lain yaitu Rana dan Tessa. Kami berempat sedang asik membicarakan sesuatu sampai akhirnya datanglah kak Tiwi dengan senyum lebar yang menyebalkan itu di wajahnya. “Hem.. datang lagi ni anak!” gumamku dalam hati. Kemudian kak Tiwi malah asyik mengobrol dengan Ryry, Rana dan Tessa. Entahlah apa yang mereka obrolkan. Sehingga sampai-sampai aku dicuekkin kayak gini. Biarlah! Ga penting!
“Nah, makanya. Kalo ada pr atau tugas yang ga ngerti, tanya ke Tiwi ajaa! Aku pasti bisa! Ahaha.” Kata kak Tiwi dengan suara ‘lantang’ setelah selesai apel pagi. Cih! Kepedean tuh orang! Dan sekilas akupun menganggaap dia adalah kakak kelas yang CAPER ama adik kelasnya.
***
Pada saat bel tanda istirahat berbunyi, kakak senior aneh nan caper itu datang ke kelasku. Untuk apa? Entahlah dia mencari Ryry.
“Haaay ry.. haay ghe..” Sapa dia dengan senyum lebar itu lagi.
“Hem. Hay.” Jawabku seperlunya.
“Eh kakak. Nih pr IPA yang ingin aku tanyain.” Kata Ryry sambil memberikan buku pr-nya kepada kak Tiwi. Kak Tiwi mengambil buku itu lalu berkata. “Aaah ini sih gampang. Gini ya…” Dia berkata seperti itu sambil mengambil pensil dan mulai menerangkan pr tersebut kepadaku dan juga Ryry.
“Ngerti?” Katanya setelah selesai menerangkan.
“Oyayaya. Ngerti ngerti. Makasih ya kaak.” Jawab Ryry sambil tersenyum.
“Kamu ghe? Ngerti ga?”
“Eeeh iya kok iya ngerti.” Jawabku agak linglung.
Kemudian kak Tiwi pun tersenyum puas lalu memberikan nomor handphone-nya kepadaku dan Ryry.
"Kalo ada pr atau tugas yang ga ngerti lagi, jangan segan. calling me ok?” Katanya dengan gaya yang “sok”. Aku dan Ryry pada saat itu hanya mengangguk-angguk saja. Sekarang kak Tiwi sudah mempunyai nilai plus di mataku. Di luar dugaan, dia baik, pintar yaa mungkin hanya satu kekurangannya : SOMBONG. Dia sudah mau membantu membuatkan pr ku. Padahal dulu kami tidak dekat. Hanya sebatas adik dan kakak kelas saja.
***
Saat pulang sekolah, aku mengajak Ryry untuk makan di KFC dekat sekolah. Tapi dia menolak. Dia bilang bahwa hari ini ada les. Ya sudah. Daripada mati kelaparan, akhirnya aku pergi sendiri kesana.Sesampainya disana, akupun memesan makanan beserta minumnya. Lalu aku duduk di pojok di pinggir wastafel lebih tepatnya. Aku makan dengan tenang sambil membaca brosur yang kebetulan ada di situ.
“Dor!”
Seseorang itu mengagetkanku sampai aku hampir tersedak. Siapa? Ternyata kak Tiwi. Mau apa dia? Ingin ku membentaknya namun kutahan.
“Eh kakak. Ada apa ya?” Tanyaku sedatar mungkin.
“Hem.. Ga. Gapapa. Aku mabal les. Hehe. Aku lapar. Terus kesini deh! Eh ada kamu. Kebetulan banget! Haha.”
Kebetulan dari Hongkong! Ingin rasanya aku melempar nampan yang ada di sebelahku ke wajahnya. Tapi aku gamau cari keributan di tempat umum.
Setelah berbincang sedikit, kak Tiwi pergi untuk memesan makanan. Dia memesan makanan yang sama denganku.
“Kak. Kenapa sih kakak jadi deket sama aku juga teman-temanku yang lain?” Tanyaku dengan berani.
“Heem emang gaboleh ya?” Dia berkata begitu dengan mulut yang penuh dengan nasi.
“Yaaa.. boleh boleh aja sih. Tapi masa sih jadi tiba-tiba deket gini? Aku ga enak sama kak Lia dan kak Yanda. Kayaknya aku udah jarang liat kalian jalan bareng.”
“Hahaha dasar kamu! si Lia ama si Ynda sih biarin aja.. ahahaha.”
Buset. Ni anak benet-bener nyebelin banget. Untung aku masih punya sabar. Kalo engga, dari tadi aku udahngelempar kursi ke mukanya dia. Oiya. Kak LIa dan kak Yanda adalah sahabat dekat yang benar-benar dekat dengan kak Tiwi. Tapi sejak kak Tiwi ngedeketin aku, mereka sepertinya jadi jarang bersama.
“Ghe.. Mu curhat dong.. Boleh?” kata kak Tiwi tiba-tiba.
“Boleh. Apa?” Jawabku cuek.
“Sebenarnya aku, Lia ama Yanda tuh lagi marahan.” Kata kak Tiwi setengah berbisik.
Duaar! Oh. Jadi selama ini aku dan teman-temanku Cuma dipake “tebengan”nya dia aja selama dia musuhan sama teman-temannya. Sialan! Seenaknya aja tu orang.
Setelah kak Tiwi berbicara seperti itu, dia langsung mengalihkan pembicaraan. Walau perasaanku udah jadi kesel ama dia aku berusaha mendengarkan dia berbicara. Dan diluar dugaan lagi, orang ini enak banget diajak curhat atau sharing. Dan tanpa sadar akupun melupakan kekesalanku kepadanya. S ampai akhirnya waktu telah menunjukkan pukul 5 sore. Kamipun pulang.
***
TO BE CONTINUE....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar